Teori Organisasi, Psikologi Organisasi Dam Personal & Human Resources
Pengantar Perilaku Organisasi:
Perilaku
organisasi hakikatnya mendasarkan pada ilmu perilaku itu sendiri yang
dikembangkan dengan pusat perhatiannya pada tingkah laku manusia.
Kerangka dasar bidang pengetahuan ini didukung paling sedikit dua
komponen, yaitu individu yang berperilaku (secara pribadi/individu dan
atau kelompok) dan organisasi.
Ilmu
perilaku organisasi ini dikembangkan dengan pusat perhatiannya pada
perilaku individu-individu yang bekerja dalam suatu organisasi tertentu.
Penempatan kembali manusia sebagai salah satu unsur yang amat penting
dalam organisasi adalah orientasi dasar dari ilmu perilaku organisasi.
Hal ini berarti birokrat hendaknya sadar tentang pentingnya dimensi
manusia selain dimensi teknis dan dimensi konsep.
Perilaku
organisasi merupakan terjemahan dari organizational Behavior. Perilaku
organisasi merupakan studi menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia
dalam suatu organisasi atau suatu kelompok tertentu. Dia meliputi aspek
yang ditimbulkan dari pengaruh organisasi terhadap manusia atau
sebaliknya. Tujuan praktis dari penelahaan studi ini adalah untuk
mendeterminasi bagaimanakah perilaku manusia itu mempengaruhi usaha
pencapaian tujuan organisasi.
Larry L. Cumming dalam “Toward Organizational Behavior”. Academic of Management Review January 1978, hlm 92 menyatakan :”
Perbedaan
antara Perilaku Organisasi dengan Psikologi Organisasi, antara lain:
Psikologi Organisasi membatasi kontruksi penjelasannya pada
multidisiplin. Persamaannya kedua bidang tersebut menjelaskan perilaku
orang-orang dalam organisasi.
Perbedaan
antara Perilaku Organisasi dengan Teori Organisasi: perbedaannya
didasarkan pada dua perbedaan antara unit analisanya dan pusat variabel
tak bebas. Perilaku organisasi dirumuskan sebagai studi dari tingkah
laku individu dan kelompok di dalam suatu organisasi dan penerapan ilmu
pengetahuan tertentu (pandangan mikro: Hary Sulaksono). Teori organisasi
adalah suatu studi tentang susunan, proses dan hasil organisasi itu
sendiri. (pandangan mikro : Hary Sulaksono)
Perbedaan
antara Perilaku Organisasi dengan Personel dan Human Resources
(P&HR) adalah, bahwa perilaku organisasi lebih menekankan pada
orientasi konsep, sedangkan P&HR menekankan pada teknik dan
teknologi. Variabel tak bebas, seperti misalnya tingkah laku dan reaksi
yang efektif dalam organisasi seringkali muncul pada keduanya. P&HR
nampaknya berada pada permukaan antara organisasi dan individu dengan
menekankan pada pengembangan dan pelaksanaan sistem pengangkatan,
pengembangan, dan motivasi individu dalam organisasi.
Perlu
disadari bahwa faktor pendukung utama dari suatu organisasi adalah
manusia. Ilmu perilaku organisasi mengurangi sikap birokrat yang tidak
respektif pada manusia dengan cara menarik sebagian pandangannya
terpusat pada perilaku manusia itu sendiri.
Perkembangan
ilmu perilaku manusia dalam organisasi menurut sejarahnya telah dimulai
sejak awal perkembangan gerakan manajemen ilmiah bahkan jauh sebelumnya
dapat dikenali sebagai langkah awal dari pengambangan ilmu ini.
Konsep
birokrasi Weber, penemuan administrasi Fayol, dan gerakan manajemen
ilmiah Taylor memberikan sumbangan yang tidak ternilai dari sejarah awal
perkembangan bidang pengkajian perilaku manusia dalam organisasi.
Demikian pula penemuan dari Hawthorne dan hasil penelitian tim Mayo
benar-benar mengarahkan perkembangan ilmu baru perilaku ini.
Studi Organisasi
Pengertian
organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara
sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasikan, yang
bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai tujuan
bersama atau sekelompok tujuan. Robbins, 2001; 4)
Pengertian
yang dapat dipetik dari definisi tersebut diatas adalah kesatuan sosial
berarti bahwa unit itu terdiri dari orang atau sekelompok orang yang
berinteraksi satu sama lain. Dikoordinasikan dengan sadar mengandung
pengertian manajemen. Batasan sosial yang relatif dapat
diidentifikasikan maksudnya adalah batasan tersebut dapat berubah
seiring eksplisit maupun implisit antara anggota dan organisasinya.
Orang-orang dalam organisasi mempunyai keterikatan yang terus menerus,
biasanya berbentuk hak, kewajiban, tugas dan tanggungjawab.
Selanjutnya organisasi itu ada untuk mencapai tujuan. “Sesuatu” itu adalah tujuan.
Perilaku Organisasi Mengikuti Prinsip-prinsip Perilaku Manusia
Keefektifan
setiap organisasi sangat dipengaruhi oleh perilaku manusianya. Orang
adalah sumber daya yang umum bagi semua organisasi. Tidak ada organisasi
“tanpa orang”.
Satu
prinsip yang penting dalam psikologi ialah bahwa setiap orang
berbeda-beda. Setiap orang mempunyai keunikan persepsi, kepribadian dan
pengalaman hidup, perbedaan sikap, kenyakinan, dan tingkat cita-cita.
Agar efektif, para manajer organisasi harus memandang sikap pegawai atau
anggotanya sebagai perwujudan yang unik dari seluruh faktor
keperilakuan itu.
Organisasi sebagai Sistem Sosial
Hubungan
antara individu dan kelompok dalam organisasi menciptakan
harapan-harapan bagi perilaku individu. Harapan-harapan ini menghasilkan
peranan-peranan tertentu yang harus dimainkan. Sebagian orang harus
memainkan peranan sebagai pemimpin, sementara yang lainnya memainkan
peranan sebagai pengikut. Manajer tingkat menengah harus memainkan kedua
peranan itu, karena ia mempunyai seorang atasan dan bawahan. Organisasi
mempunyai sistem wewenang, status, dan kekuasaan; dan orang-orang di
dalam organisasi itu mempunyai kebutuhan yang beraneka dari setiap
sistem. Kelompok di dalam organisasipun mempunyai dampak yang sangat uat
terhadap perilaku individu dan terhadap prestasi organisasi.
Banyak Faktor Membentuk Perilaku Organisasi
Perilaku
kita dalam setiap situasi melibatkan interaksi karakteristik pribadi
kita dan karakteristik situasi. Jadi untuk mengidentifikasi semua faktor
itu memakan waktu dan sulit, malahan sering tidak mungkin.
Untuk
membantu kita mengidentifikasi faktor-faktor manajerial yang penting,
kita menggunakan pendekatan kontingensi atau pendekatan menurut situasi.
Dasar pemikiran dari pendekatan kontingensi ialah bahwa tidak ada satu
cara terbaik dalam memimpin. Suatu metode yang sangat efektif dari satu
situasi tidak akan sesuai pada situasi yang lain. Pendekatan kontingensi
telah berkembang secara populer dalam dua dasa warsa lebih, karena
hasil riset telah membuktikan bahwa suatu karakteristik tertentu dari
suatu pekerjaan dan karakteristik tertentu dari orang yang melakukan
pekerjaan itu, menghasilkan beberapa praktek manajemen tertentu yang
terbukti lebih baik dari praktek-praktek manajemen lainnya. Jadi jika
dihadapkan kepada suatu masalah, seorang manajer yang menggunakan
pendekatan kontingensi tidak berasumsi bahwa suatu pendekatan tertentu
akan berhasil. Melainkan ia akan mendiagnosis berbagai karakteristik
individu dan kelompok yang terlibat, struktur organisasi itu dan corak
kepemimpinannya sendiri sebelum memutuskan suatu penyelesaian.
Bagaimana Struktur dan Proses Mempengaruhi Perilaku Organisasi
Struktur
organisasi ialah pola formal tentang bagaimana orang dan pekerjaan
dikelompokkan. Struktur sering digambarkan dengan suatu bagan
organisasi. Proses berkenaan dengan aktivitas yang memberi kehidupan
pada skema organisasi itu. Komunikasi, pengambilan keputusan, evaluasi
prestasi kerja sosialisasi, dan pengembangan karier adalah proses dalam
setiap organisasi. Kadang-kadang pemahaman masalah proses seperti
gangguan komunikasi, pengambilan keputusan, atau sistem evaluasi
prestasi kerja yang disusun secara kurang baik, dapat menghasilkan
pengertian yang lebih tepat atas perilaku organisasi daripada hanya
mengkaji tatanan struktural.
Para
manajer yang efaktif tahu apa yang dicarinya dalam suatu situasi kerja
dan tahu bagaimana memahami apa yang ditemukan. Oleh karena itu, para
manajer harus mengembangkan kemampuan bertindak dan mendiagnosis. Mereka
harus dilatih untuk mengidentifikasi kondisi masalah yang menghendaki
perhatian lebih lanjut. Indikator masalah manajer antara lain mencakup
menurunnya laba, menurunnya kuantitas/kualitas pekerjaan, meningkatnya
kemangkiran dan keterlambatan, dan sikap pegawai yang negatif.
Masing-masing masalah tersebut merupakan asyu perilaku organisasi.
Struktur Organisasi
Berdasarkan
definisi tentang organisasi tersebut diatas mengajui adanya kebutuhan
untuk mengkoordinasikan pola interaksi para anggotanya secara formal.
Melalui struktur organisasi.
Struktur
organisasi menetapkan bagaimana tugas akan dibagi, siapa melapor kepada
siapa, dan mekanisme koordinasi yang formal serta pola interaksi yang
akan diikuti. Struktur organisasi biasanya berbentuk bagan yang
menunjukkan hierarki jabatan dari kekuasaan maupun kewenangan, bidang
yang menunjukkan hierarki jabatan dari kekuasaan maupun kewenangan,
bidang yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya serta akses sumber
dayanya.
Struktur
organisasi memiliki tiga komponen: Kompleksitas, formalisasi, dan
sentralisasi. Kompleksitas, mempertimbangkan tingkat diferensiasi yang
ada dalam organisasi. Termasuk didalamnya tingkat spesialisasi atau
tingkat pembagian kerja, jumlah tingkatan dalam hierarki organisasi,
serta tingkat sejauh mana unit-unit organisasi tersebar secara
geografis. Formalisasi adalah tingkat sejauh mana sebuah organisasi
menyandarkan dirinya kepada peraturan dan prosedur untuk mengatur
perilaku karyawannya. Sentralisasi mempertimbangkan dimana letak dari
pusat pengambilan keputusan. Pada kasus lainnya, pengambilan keputusan
bisa didesentralisasikan. Dengan demikian organisasi cenderung untuk
disentralisasikan maupun cenderung didesentralisasikan, namun menetapkan
letak organisasi dalam rangkaian keputusan tersebut, merupakan salah
satu faktor utama dalam menentukan apa jenis struktur yang ada. Struktur
organisasi dapat berbentuk lini (garis), lini dan staf maupun matriks.
Untuk
dapat bekerja secara efektif dalam organisasi, para manajer harus
memiliki pemahaman yang jelas tentang struktur organisasi. Dengan
memandang suatu bagan organisasi, seseorang hanya melihat suatu susunan
posisi, tugas-tugas pekerjaan dan garis wewenang dari bagian-bagian
dalam organisasi. Akan tetapi, struktur organisasi lebih rumit daripada
yang digambarkan dalam bagan itu, sebagaimana dilukiskan dalam laporan
berikut :
Dr.
Maulana baru-baru ini ditunjuk menjadi dekan Fakultas Ekonomi pada
sebuah Universitas yang besar. Sebelum datang ke kampus, Maulana
memerlukan waktu beberapa minggu mempelajari tentang dana, program,
dosen, mahasiswa, dan struktur organisasi fakultas ekonomi itu. Ia
mencoba menyusun suatu daftar prioritas untuk hal-hal yang ia pikir akan
memerlukan perhatian segera selama tahun pertamanya menjabat sebagai
dekan. Rektor universitas itu telah meminta agar ia mempunyai suatu
daftar prioritas yang siap diajukan bila ia tiba di kampus.
Selama
pertemuan resminya yang pertama dengan rektor, Maulana yang seluruhnya
ia harapkan akan diajukan padanya: “Apakah yang akan menjadi prioritas
anda nomor satu?” Maulana menjawab : “Sekalipun uang selalu menjadi
masalah, saya yakin kebutuhan yang paling mendesak adalah mereorganisasi
Fakultas Ekonomi ini. Pada saat ini, mahasiswa hanya dapat memilih satu
dari dua jurusan yang ada, akuntansi dan Manjemen. Jurusan akuntansi
hanya memiliki 20 staf pengajar. Jurusan Manajemen memiliki 43 tenaga
pengajar, yang terdiri dari 15 orang di bidang marketing, 16 dibidang
manajemen dan 12 di bidang keuangan. Saya membayangkan jauh kedepan,
suatu fakultas dengan 4 jurusan – akuntansi, manajemen, marketing, dan
keuangan – masing-masing dengan seorang ketua jurusan. Pertama-tama,
saya yakin struktur seperti itu akan memungkinkan kita memenuhi lebih
baik kebutuhan mahasiswa kita. Khususnya struktur ini akan memudahkan
pengembangan masing-masing program dari keempat bidang fungsional itu,
jika mereka akan dipersiapkan secara matang untuk pasaran kerja.
Akhirnya, saya yakin struktur organisasi itu akan memungkinkan kita
lebih mudah merekrut staf pengajar, karena mereka akan mengikuti suatu
kelompok dengan minat yang sama”.
Sebagaimana
ditunjukkan dalam cerita diatas, struktur organisasi merupakan pola
formal kegiatan dan hubungan diantara berbagai subunit dalam organisasi.
Dalam hal ini model kita mencakup dua aspek penting dari struktur
organisasi: desain pekerjaan dan desain organisasi.
Desain
Pekerjaan (Job Design). Desain pekerjaan mengacu pada proses yang
digunakan para manajer merinci isi, metode, dan hubungan setiap
pekerjaan untuk memenuhi tuntutan organisasi dan individu. Dr. Maulana
harus mendefinisikan isi dan tugas dari posisi ketua jurusan yang baru
dibentuknya dan hubungan posisi itu dengan kantor dekan dan
masing-masing staf pengajar di masing-masing jurusan.
Desain
Organisasi (Organization Design). Desain organisasi menunjukkan
keseluruhan struktur organisasi. Dr. Maulana merencanakan untuk merombak
struktur dasar dari fakultas niaga itu. Hasil dari usahanya akan
menjadi sebuah struktur baru dari tugas-tugas dan hubungan wewenang yang
ia yakin akan menampung perilaku individu dan kelompok menuju tingkat
prestasi yang lebih tinggi dari fakultas niaga itu.
Proses Organisasi
Proses
perilaku tertentu memberi jiwa bagi struktur organisasi. Jika proses
ini tidak berfungsi dengan baik, masalah yang tidak diharapkan akan
timbul, sebagai digambarkan dalam cerita berikut :
Ketika
ia mulai memilih jurusan di bidang pemasaran sebagai mahasiswa baru di
perguruan tinggi, R tahu bahwa suatu hari ia akan bekerja di bidang itu.
Ketika ia menyelesaikan MBA nya, ia lebih merasa yakin dibanding
sebelumnya bahwa pemasaran akan menjadi jalan kehidupan kariernya.
Karena prestasi akademisnya sangat baik, ia menerima beberapa tawaran
pekerjaan luar biasa. Ia memutuskan menerima tawaran pekerjaan dari
salah satu perusahaan konsultan nasional terbesar. Ia yakin bahwa
pekerjaan itu akan memungkinkannya memberi pengalaman di beberapa bidang
pemasaran dan melibatkannya dalam berbagai pekerjaan yang menarik. Pada
hari terakhirnya di kampus, ia mengatakan kepada profesor
kesayangannya, “Hari ini adalah hari yang paling bahagia dalam hidupku,
karena memperoleh suatu kesempatan karier yang sangat besar”.
Baru-baru
ini, ketika profesor itu mengunjungi kantor penempatan tenaga dari
perguruan tinggi itu, ia terkejut mendengar bahwa Widyawati telah
menghubungi Direktur penempatan untuk memperoleh pekerjaan lain.
Mengingat ia bekerja kurang dari setahun di perusahaan konsultan itu,
profesor itu agak heran. Ia memutuskan untuk memanggil Widyawati dan
mendapat penjelasan mengapa ia ingin ganti pekerjaan. Inilah apa yang ia
ceritakan padanya : “Saya kira anda dapat mengatakan kalau pengalaman
saya yang pertama dengan dunia nyata ini benar-benar suatu goncangan.
Sejak saya bergabung dengan perusahaan itu saya tidak melakukan apa-apa
kecuali mengumpulkan data survei melalui telepon. Setiap hari saya duduk
dan bicara lewat telepon, mengajukan berbagai pertanyaan dan mengecek
jawabannya. Pada tingkat sarjana, saya dilatih untuk menjadi manajer,
tetapi disana saya mengerjakan sesuatu yang dapat dikerjakan lulusan
SMA. Saya telah bicara kepada atasan saya, dan ia mengatakan bahwa
setiap pegawai harus melakukan tugasnya. Nah, mengapa mereka tidak
mengatakan itu ketika mereka merekrut saya ?. untuk dikatakan bahwa
disana ada pertentangan antara informasi perekrutan dan kenyataan
sebenarnya, tentunya suatu kekeliruan yang besar. Saya sudah dewasa –
mengapa mereka tidak memberikan informasi pekerjaan yang sebenarnya dan
biarkan saya memutuskan apa yang saya inginkan. Untuk memperoleh
informasi yang tepat nampaknya harus memerlukan waktu yang lama”.
Model
kita mencakup empat proses keperilakuan yang menyumbang pada prestasi
organisasi yang efektif : komunikasi, pengambilan keputusan, evaluasi
prestasi, serta sosialisasi dan karier.
Proses
Komunikasi (Communication Process). Kelangsungan hidup organisasi
berkaitan dengan kemampuan manajemen untuk menerima, menyampaikan, dan
melaksanakan komunikasi. Proses komunikasi menghubungkan organisasi
dengan lingkungannya termasuk bagian-bagiannya. Informasi mengalir ke
dan dari organisasi itu, termasuk di dalam organisasi itu sendiri.
Informasi mengintegrasikan kegiatan intern organisasi. Masalah yang
dialami Widyawati muncul karena informasi yang datang dari organisasi
itu berbeda dengan informasi yang mengalir di dalam organisasi itu.
Proses
Pengembalian Keputusan (Decision Making Process). Masalah pengambilan
keputusan dalam suatu organisasi tergantung pada tujuan yang tepat dan
pengindentifikasian sarana untuk mencapai tujuan itu. Dengan
pengintegrasian faktor-faktor perilaku dan struktur secara baik,
manajemen dapat meningkatkan kemungkinan membuat keputusan yang
berkualitas tinggi. Pengalaman Widyawati melukiskan tidak konsistennya
pengambilan keputusan oleh berbagai unit organisasi yang berbeda
(personalia dan pemasaran) dalam hal penempatan pegawai-pegawai baru.
Organisasi mengandalkan keputusan-keputusan individu sebagaimana halnya
keputusan kelompok, dan manajemen yang efektif memerlukan adanya
pengetahuan tentang kedua corak keputusan itu.
Proses
Evaluasi Prestasi (Performance Evaluation Process). Para manajer harus
mengevaluasi prestasi individu dan kelompok di dalam organisasi itu.
Sayangnya bagi Widyawati, atasannya mengevaluasi dengan menggunakan
kriteria yang berbeda dari kriteria yang diharapkan Widyawati ketika ia
menerima pekerjaan itu. Model pada gambar 1-2 menunjukkan bahwa prestasi
individu, kelompok, dan organisasi adalah suatu hasil atau variabel
bergantung dari perilaku organisasi, struktur, dan proses. Sistem yang
diterapkan manajemen untuk mengevaluasi prestasi membantu maksud-maksud
seperti penentuan imbalan (upah, promosi, dan alih tugas), identifikasi
kebutuhan akan pelatihan (training), penyediaan balikan bagi para
pegawai. Banyak metode yang dapat dimanfaatkan untuk mengevaluasi
prestasi sehingga merupakan tantangan bagi manajemen untuk memilih yang
cocok.
Proses
Sosialisasi dan Karier (Socialization and Career Process). Individu
memasuki organisasi untuk bekerja dan merintis tujuan karier pribadi
mereka. Conie Vick masuk di perusahaan konsultan itu dengan suatu
keyakinan bahwa perusahaan itu akan menyediakan baginya suatu
kesempatankarier yang besar. Organisasi mempekerjakan individu-individu
untuk melaksanakan pekerjaan tertentu – yaitu pekerjaan menurut struktur
organisasi itu. Jadi kepentingan individu dan organisasi serta
tujuannya harus disesuaikan jika keduanya ingin efektif. Sasaran
Widyawati Vick dalam hal ini tidak sesuai dengan sasaran organisasi itu.
Individu bergerak sepanjang waktu dan tugas, meniti jenjang karier yang
mungkin kurang atau bahkan lebih ditentukan oleh organisasi itu.
Kesuksesan seseorang dalam suatu karier paling tidak sebagian tergantung
pada tingkatan di mana ia mengadaptasikan dirinya pada tuntutan
organisasi.
Proses
penyadaran individu akan harapan organisasi disebut sosialisasi.
Sosialisasi Widyawati terdiri dari suatu pernyataan umum dengan alasan
bahwa setiap pegawai harus melaksanakan tugasnya. Sosialisasi itu
mungkin formal, jika program orientasi diselenggarakan bagi para pegawai
baru, atau informasi jika manajer dan rekan-rekan sekerja memberitahu
pegawai baru hal-hal yang relevan tentang seluk beluk harapan organisasi
itu. Pengembangan karier dan sosialisasi adalah dua aktivitas yang
saling berkaitan, yang memberi dampak pada prestasi, baik prestasi
organisasi maupun prestasi individu.
Prestasi : Individu, Kelompok dan Organisasi
Prestasi
individu menjadi bagian dari prestasi kelompok, yang pada gilirannya
menjadi bagian dari prestasi organisasi. Di dalam organisasi yang
efektif, manajemen membantu suatu keseluruhan yang positif, yaitu suatu
keseluruhan yang lebih besar dari sekedar penjumlahan bagian-bagian itu.
Tidak
ada satu ukuran atau kriteria yang memadai, yang dapat mencerminkan
prestasi sesuatu tingkatan. Bab berikut akan mengajukan pemikiran bahwa
prestasi organisasi harus dilihat dalam hubungan ukuran berganda di
dalam suatu kerangka. Tetapi ketidakefektifan prestasi sesuatu tingkatan
merupakan pertanda bagi manajemen untuk mengambil tindakan korektif.
Semua tindakan korektif manajemen akan berpusat pada elemen perilaku
organisasi, struktur, dan proses.
Pengembangan dan Perubahan Organisasi (Organizational Development and Change)
Kadang-kadang
para manajer harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa prestasi yang
wajar hanya dicapai dengan membuat perubahan yang nyata di dalam
keseluruhan organisasi. Perubahan organisasi adalah usaha yang
direncanakan oleh manajemen untuk menghasilkan prestasi keseluruhan
individu, kelompok, dan organisasi, dengan mengubah struktur, perilaku,
dan proses. Jika perubahan itu ditetapkan secara benar, individu dan
kelompok tentunya bergerak menuju prestasi yang efektif. Usaha-usaha
yang diselenggarakan dengan persetujuan bersama, direncanakan, dan
dievaluasi untuk meningkatkan prestasi, mempunyai peluang yang besar
untuk berhasil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar