Pengertian dan Rumusan Persamaan Dasar Akuntansi
Setelah
memiliki pemahaman tentang konsep-konsep dasar akuntansi, marilah kita
lanjutkan kegiatan kita dengan penyelenggaraan proses akuntansi. Untuk
mempermudah dalam melaksanakan proses pencatatan dan pelaporan,
sebaiknya kita mulai dari persamaan dasar akuntansi. Persamaan ini
merupakan ringkasan dari pencatatan hasil analisis setiap peristiwa
ekonomi atau transaksi keuangan yang terjadi. Coba Anda ingat-ingat
kembali pengertian peristiwa ekonomi atau transaksi keuangan yang telah
dikemukakan dalam bagian I modul ini! Jika terjadi transakasi keuangan
akan menyebabkan terjadinya perubahan pada aktiva, hutang, dan modal
bukan? Perubahan itulah yang kita ringkas dalam persamaan dasar
akuntansi.
Anda
telah mengetahui bukan, bahwa kekayaan yang dimiliki oleh suatu
organisasi bisnis (perusahaan) disebut asset, harta, atau aktiva
sedangkan hak atau klaim terhadap kekayaan tersebut disebut equities
atau passiva? Jika aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan sejumlah
Rp 10.000,00 maka equities (klaim terhadap asset tersebut) juga senilai
Rp 10.000,00. Hubungan antara dua komponen tersebut jika digambarkan
dalam sebuah persamaan tampak sebagai berikut:
Aktiva = Equities
Rp 10.000,00 = Rp 10.000,00
Di
sisi lain, hak atau klaim terhadap aktiva tersebut dapat dikelompokkan
menjadi dua macam, yaitu haknya kreditor dan haknya pemilik. Hak dari
kreditor disebut hutang (liabilities) dan hak dari pemilik disebut
modal (capital/owner’s equity). Dengan demikian pengembangan dari
persamaan tersebut menjadi sebagai berikut:
Aktiva = Liabilities + Capital
Dalam
persamaan akuntansi, biasanya penyajian liabilities selalu mendahului
capital (modal). Hal ini bukan hanya kebetulan saja, tetapi memiliki
makna bahwa kreditor memiliki hak terlebih dulu terhadap asset
perusahaan dari pada pemilik perusahaan itu sendiri seandainya
perusahaan dilikuidasi (dibubarkan). Dengan demikian, hak pemilik
terhadap asset perusahaan dapat dirumuskan dalam persamaan berikut:
Capital = Aktiva - Liabilities
Seandainya
pada awal pendirian perusahaan, pemiliknya menyetor uang tunai atau
benda lain senilai Rp 5.000,00 untuk modal awal usahanya tanpa ada
hutang, maka persamaannya adalah:
Aktiva = Capital
Jadi, Rp 5.000,00 = Rp 5.000,00
Jika pemilik menambah modal Rp 2.500,00 dari hutang, maka persamaannya menjadi: Aktiva = Liabilities + Capital
Jadi, Rp 7.500,00 = Rp 2.500,00 + Rp 5.000,00
Transaksi Keuangan dan Persamaan Akuntansi
Semua
transaksi keuangan (peristiwa ekonomi) yang terjadi di perusahaan, dari
yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks akan
mengakibatkan perubahan di antara ke tiga komponen persamaan dasar
akuntansi tersebut. Perubahan yang dimaksud bisa menambah, mengurangi,
atau merubah susunan aktiva, hutang, dan/atau modal. Penyelesaian
persamaan itu merupakan hasil analisis dampak dari transaksi keuangan
yang terjadi.
Untuk
mempermudah dalam memahami dampak dari perubahan pada persamaan dasar
akuntansi sebagai akibat terjadinya transaksi keuangan, marilah kita
cermati contoh kasus berikut ini.
Salon
Sekarkedaton milik Ny. Ayu, yang beralamat di Jl. Joyo Utomo 504
Malang, baru dibuka awal tahun 2007, ditempatkan di kamar paling depan
rumahnya. Sementara kamar tersebut tidak dimasukkan sebagai asset
salon, tetapi dianggap menyewa. Selama bulan Januari 2007 transaksi
keuangan yang dilakukan sebagai berikut:
1. Ny. Ayu menyetor uang tunai Rp 1.000.000,00 sebagai investasi pertamanya atau modal awalnya di Salon.
2. Membeli secara tunai peralatan salon seharga Rp 300.000,00
5. Membayar uang sewa kamar untuk bulan Januari sebesar Rp 100.000,00
7.
Membeli secara kredit dari Toko Makmur peralatan salon seharga Rp
500.000,00 dan perlengkapan (suplies) salon seharga Rp 200.000,00.
9. Dipinjam uang dari Bank dengan menandatangani sebuah wesel jangka 3 bulan bunga 12% per tahun senilai Rp 750.000,00
14. Menyelesaikan pekerjaan merias pengantin putri Ny. Yuli senilai Rp 450.000,00 dan dan langsung dbayar tunai
15. Dibayar gaji pegawai untuk bulan Januari Rp 150.000,00
20.
Diselesaikan pekerjaan merias pengantin untuk Ibu Harmini senilai Rp
550.000,00. diterima tunai sebanyak Rp 250.000,00 dan sisanya akan
dilunasi bulan Pebruari 2007
22. Diangsur utang kepada Toko Makmur sebesar Rp 200.000,00
25. Dibayar rekening listrik untuk bulan Januari Rp 75.000,00
29. Diterima dari Ibu Harmini angsuran utangnya kepada Salon sebanyak Rp 150.000,00
30. Diambil uang tunai oleh Ny. Ayu sebesar Rp 100.000,00 untuk kepentingan pribadinya.
31. Dibayar bunga atas wesel untuk bulan Januari sebesar Rp 7.500,00
Setiap
transaksi keuangan pada tanggal-tanggal tersebut di atas akan membawa
dampak perubahan terhadap ketiga komponen persamaan dasar akuntansi
(aktiva, hutang, dan modal). Pengaruh setiap transaksi keuangan itu
terhadap persamaan dasar akuntansi dapat dilihat dalam tabel berikut:
AKTIVA
|
HUTANG
|
MODAL
| |||||
Tgl
|
Kas
|
Piutang Usaha
|
Peralatan
|
Perlengkapan
|
Hutang Usaha
|
Hutang
|
Modal
|
1
|
1,000,000
|
1,000,000
| |||||
2
|
-300,000
|
300,000
| |||||
5
|
-100,000
|
-100,000
| |||||
7
|
500,000
|
200,000
|
700,000
| ||||
9
|
750,000
|
750,000
| |||||
14
|
450,000
|
450,000
| |||||
15
|
-150,000
|
-150,000
| |||||
20
|
250,000
|
300,000
|
550,000
| ||||
22
|
-200,000
|
-200,000
| |||||
25
|
-75,000
|
-75,000
| |||||
29
|
150,000
|
-150,000
| |||||
30
|
-100,000
|
-100,000
| |||||
31
|
-7,500
|
-7,500
| |||||
1.667.500
|
150.000
|
800.000
|
200.000
|
500.000
|
750.000
|
1.567.500
|
Dalam praktiknya, sepanjang perjalanan periode persamaan tersebut dapat dimodifikasi menjadi:
Asset + Beban (biaya) = Liabilities + Penghasilan + Capital
Dengan
demikan, data transaksi dalam kasus yang terjadi pada salon
Sekarkedaton di atas dapat disusun persamaan dasar akuntansi sebagi
berikut:
Tgl
|
Keterangan
|
Aktiva + Beban = Hutang + Pendaptn + Modal
| ||||
1
|
Setoran pemilik
|
1.000.000
|
1.000.000
| |||
2
|
Beli peralatan tunai
|
± 300.000
| ||||
5
|
Bayar sewa gedung
|
- 100.000
|
100.000
| |||
7
|
Beli peralatan & perlengkapan
|
700.000
|
700.000
| |||
9
|
Utang
|
750.000
|
750.000
| |||
14
|
Hasil Rias pengantin
|
450.000
|
450.000
| |||
15
|
Bayar Gaji
|
-150.000
|
150.000
| |||
20
|
Hasil Rias pengantin
|
550.000
|
550.000
| |||
22
|
Angsur utang
|
- 200.000
|
- 200.000
| |||
25
|
Bayar listrik
|
- 75.000
|
75.000
| |||
29
|
Angsuran Harmini
|
±150.000
| ||||
30
|
Ambil prive
|
- 100.000
|
- 100.000
| |||
31
|
Bunga
|
- 7.500
|
7.500
| |||
Jumlah
|
2.817.500
|
332.500
|
1.250.000
|
1.000.000
|
900.000
|
Dua
contoh bentuk persamaan dasar akuntansi untuk menyelesaikan transaksi
keuangan tersebut tampak berbeda bukan? Namun keduanya akan menghasilkan
informasi yang sama. Dari persamaan pertama, dapat diketahui bahwa
aktiva salon tersebut senilai Rp 2.817.500,00 yang diperoleh dengan
menjumlahkan kas sebesar Rp1.667.500,00 piutang sebesar Rp150.000,00
peralatan sebesar Rp 800.000,00 dan perlengkapan sebesar Rp 200.000,00.
Hutang salon senilai Rp 1.250.000,00 diperoleh dengan cara menjumlahkan
hutang usaha Rp 500.000,00 dan hutang wesel sebesar Rp 750.000,00.
Modal yang dimiliki salon senilai Rp 1.567.500,00. Dari persamaan
kedua, dapat diketahui secara langsung bahwa aktiva salon tersebut
sebesar Rp 2.817.500,00 dan hutangnya sebesar Rp 1.250.000,00 sedangkan
modal salon sebesar Rp 1.567.500,00 yang diperoleh dengan cara
menambahkan modal Rp 900.000,00 dengan pendapatan sebesar Rp
1.000.000,00 dan dikurangi beban sebesar Rp 332.500,00. Cara yang
digunakan untuk melaksanakan pencatatan setiap transaksi keuangan boleh
berbeda, namun informasi yang dihasilkannya harus sama.
Dalam
penyelesaian persamaan pertama, membuat penggolongan pada aktiva dan
hutang, sedangkan beban dan pendapatan langsung ditambah atau
dikurangkan pada modal. Pada persamaan kedua unsur aktiva dan hutang
tidak digolong-golongkan, tetapi beban dan pendapatan dipisahkan dari
modal. Dalam praktik di dunia kerja Anda dapat menggunakan salah satu
dari kedua persamaan itu, mengingat bahwa hasil akhir atau informasi
yang dihasilkan sama.
Penyelesaian
transaksi ke dalam persamaan kedua terdapat tanda ± yaitu pada tanggal 2
dan 29 Januari 2007. Tanda itu merupakan contoh transaksi yang
menyebabkan perubahan terhadap susunan aktiva. Akibat transaksi tanggal 2
Januari, aktiva yang semula berupa uang tunai (kas) Rp 300.000,00
berubah menjadi peralatan salon dengan nilai yang sama, sedangkan
transaksi tanggal 29 Januari menyebabkan berubahnya aktiva yang semula
piutang sebesar Rp 150.000,00 menjadi uang tunai dengan nilai yang sama.
Kedua contoh transaksi tersebut tidak menyebabkan bertambah atau
berkurangnya nilai aktiva, hutang, maupun modal. Contoh transaksi lain,
mengaksep wesel atas hutang usaha pada perusahaan lain. Transaksi ini
menyebabkan susunan hutang berubah, yakni semula berupa hutang usaha
berubah menjadi hutang wesel.
Selain
itu, pada kenyataan di dunia bisnis akan banyak Anda jumpai
transaksi-transaksi serupa, yaitu transaksi yang menyebabkan berubahnya
aktiva, hutang, atau modal. Contoh-contoh yang disajikan di atas hanya
merupakan sebagian kecil dari transaksi yang sebenarnya. Diharapkan
contoh-contoh itu dapat digunakan sebagai acuan dalam penyikapan
akuntansi jika ada transaksi yang sejenis.
Laporan Keuangan (Financial Statement)
Anda
tentunya masih mengingat dan sudah memahami bahwa tujuan dari
penyelenggaraan akuntansi adalah menyajikan informasi keuangan.
Informasi keuangan dari suatu perusahaan tersebut berguna bagi
fihak-fihak yang berkepentingan dan memerlukannya (para pemakai)
sebagai dasar untuk mengambil keputusan ekonomi. Dengan informasi
keuangan yang diperoleh, mereka akan menganalisisnya dan kemudian
menentukan keputusan ekonomi yang bermanfaat bagi pengembangan usaha
mereka.
Mengingat
bahwa informasi yang termuat di dalam laporan keuangan suatu perusahaan
sangat penting bagi para pemakainya, maka penyusunannya harus memenuhi
syarat kualitas primer dan sekunder.
Kualitas
primer adalah kualitas utama yang membuat informasi akuntansi berguna
sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Kualitas primer meliputi
relevan dan handal (reliabel).
Relevan
berarti bahwa laporan keuangan (informasi akuntansi) yang disusun oleh
suatu perusahaan memiliki hubungan langsung dengan pengambilan
keputusan. Informasi akuntansi dikatakan relevan jika dapat membuat
perbedaan dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh para pemakainya.
Informasi yang relevan adalah informasi yang memiliki nilai prediktif,
umpan balik, dan tepat waktu.
Informasi
memiliki nilai prediktif jika informasi tersebut dapat membantu para
pemakainya untuk memprediksi kinerja perusahaan di masa depan
berdasarkan peristiwa (transaksi) masa lalu, sekarang, dan yang akan
datang. Ketepatan suatu prediksi sangat tergantung dari kemampuan para
pemakai dalam menganalisis informasi dan kepekaan mereka dalam membaca
peluang bisnis di masa depan.
Informasi
memiliki nilai umpan balik (feedback) jika informasi tersebut dapat
mendukung atau memberi masukan untuk memperbaiki prediksi yang sudah
dibuat oleh para pemakainya. Dengan informasi yang diperoleh, para
pemakai dapat mengevaluasi kembali prediksi yang telah dibuat, sehingga
dapat memperoleh masukan untuk menentukan apakah prediksinya sudah benar
ataukah perlu direvisi.
Tepat
waktu berarti informasi akuntansi tersebut tersedia pada saat
dibutuhkan oleh para pemakainya. Dengan demikian, informasi itu tidak
kehilangan kapasitasnya dalam mempengaruhi keputusan yang diambil.
Handal
(reliable) berarti bahwa informasi tersebut dapat dipercaya, karena
cukup terbebas dari kesalahan dan penyimpangan di dalam penyajiannya.
Informasi yang handal adalah informasi yang memenuhi syarat: dapat
diperiksa, penyajian yang jujur, dan netral.
Dapat
diperiksa artinya laporan keuangan (informasi akuntansi) tersebut jika
diaudit/diperiksa oleh beberapa auditor eksternal yang menggunakan
metode sama akan memperoleh kesimpulan yang sama pula.
Penyajian
yang jujur artinya laporan keuangan disajikan sesuai dengan kondisi
transaksi keuangan sebenarnya (kondisi riil). Dengan kalimat lain dapat
dikemukakan bahwa suatu laporan keuangan disajikan secara jujur jika
dalam penyajiannya ada kecocokan/kesesuaian antara transaksi yang
sesungguhnya terjadi dengan laporan yang dibuat. Jadi, dalam penyususnan
laporan keuangan tidak ada unsur rekayasa.
Netral
artinya tidak berpihak kepada golongan pemakai informasi tertentu.
Tujuan penyusunan laporan keuangan adalah untuk menyajikan informasi
akuntansi kepada semua pihak yang berkepentingan (pemakai). Oleh karena
itu, di suatu perusahaan hanya ada satu laporan keuangan yang dapat
dimanfaatkan oleh siapapun yang berkepentingan. Dengan demikian tidak
ada pemakai informasi yang ”tersesat” sebagai akibat dari penggunaan
informasi yang tidak netral.
Kualitas
sekunder merupakan kualitas tambahan yang seharusnya dipenuhi dalam
penyusunan laporan keuangan. Meskipun hal ini bukan merupakan kualitas
utama, namun jika dipenuhi akan membawa dampak positip bagi
pengguna/pemakainya. Kualitas sekunder meliputi keterbandingan dan
konsistensi.
Keterbandingan
berarti bahwa laporan keuangan (informasi) suatu perusahaan akan lebih
bermakna bagi para pemakainya jika dapat diperbandingkan dengan
informasi yang serupa dari perusahaan-perusahaan lain. Suatu informasi
dianggap dapat diperbandingkan jika sudah dievaluasi dan dilaporkan
dengan cara yang sama untuk perusahaan-perusahaan yang berbeda. Hal ini
memberikan kemungkinan bagi para pemakainya untuk mengenali dan
menganalisis persamaan atau perbedaan kondisi keuangan berbagai
perusahaan karena metode akuntansi yang digunakan dapat
diperbandingkan.
Konsistensi
berarti bahwa laporan keuangan (informasi) suatu perusahaan akan lebih
bermakna bagi para pemakainya jika dapat diperbandingkan dengan
informasi yang serupa dari perusahaan yang sama pada waktu yang berbeda.
Dalam menyajikan informasi, perusahaan harus memberikan perlakuan
akuntansi yang sama terhadap transaksi yang sama pada waktu-waktu yang
berbeda. Seiring dengan perjalanan waktu, perusahaan bisa mengubah
metode (perlakuan) akuntansinya. Namun jika hal itu dilakukan, maka pada
periode dilaksanakannya perubahan itu perusahaan harus mengungkap
(dalam laporan keuangannya) tentang berbagai hal yang terkait dengan
perubahan itu, seperti keunggulan metode baru yang digunakan
dibandingkan yang lama, alasan mengubah metode tersebut, sifat dan
dampak atas perubahan tersebut terhadap kondisi finansialnya.
Bentuk
formal dari informasi keuangan suatu perusahaan adalah laporan keuangan
(financial statement). Pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dijelaskan
bahwa informasi yang disajikan dalam laporan keuangan suatu perusahaan
bersifat umum. Hal ini berarti bahwa laporan kuangan suatu perusahaan
disajikan dan ditujukan kepada semua pihak yang berkepentjngan terhadap
informasi itu, baik dari unsur internal perusahaan maupun dari unsur
eksternal. Dengan demikian, laporan keuangan tersebut tidak sepenuhnya
dapat memenuhi kebutuhan informasi setiap pemakainya. Secara umum tujuan
laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja keuangan, dan perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan. Informasi ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat memenuhi
kebutuhan para pihak yang berkepentingan (pemakai) dalam upaya mencari
bahan masukan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan ekonomi.
Laporan
keuangan yang lengkap terdiri atas 5 (lima) komponen, yaitu laporan
laba rugi, laporan perubahan ekuitas, neraca, laporan arus kas, dan
catatan atas laporan keuangan. Dengan lima komponen laporan itu,
diharapkan dapat memberi gambaran yang relatif komprehensif tentang
kondisi keuangan suatu perusahaan. Dari lima komponen tersebut, laporan
keuangan yang dibahas dalam bagian II modul ini hanya tiga jenis, yaitu
laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan neraca. Dua jenis
laporan lainnya, yaitu laporan arus kas dan catatan atas laporan
keuangan akan dibahas pada modul yang lain.
a) Laporan laba rugi (income statement)
Untuk
mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan, kita dapat melihat dari
laporan keuangannya. Kinerja keuangan suatu perusahaan harus dilaporkan,
minimal sekali dalam satu periode. Salah satu bentuk laporan keuangan
yang dimaksud adalah laporan laba rugi. Laporan laba rugi merupakan
laporan tentang kinerja keuangan suatu perusahaan. Dalam laporan ini
disajikan jumlah pendapatan (revenue) dan biaya (expenses) serta laba
atau rugi (profit/losses) suatu perusahaan selama periode waktu
tertentu. Dari laporan ini kita dapat menganalisis perbandingan antara
pendapatan dengan biaya untuk memperolehnya, sehingga dapat mengukur
tingkat efisiensinya.
Contoh
transaksi yang terjadi pada Salon Sekarkedaton yang telah dibukukan
dalam persamaan dasar akuntansi di atas, jika dianggap belum ada beban
dari unsur perlengkapan dan peralatan (diasumsikan masih utuh), maka
laporan laba ruginya dapat disusun seperti berikut ini.
Salon Sekarkedaton
| ||
Laporan Laba Rugi
| ||
Untuk Periode yang berakhir tanggal 31 Januari 2007
| ||
Pendapatan
| ||
Perdapatan salon
|
1.000.000,00
| |
Beban Usaha
| ||
Biaya Sewa Gedung
|
100.000,00
| |
Biaya Gaji pegawai
|
150.000,00
| |
Biaya listrik
|
75.000,00
| |
Biaya bunga
|
7.500,00
| |
Jumlah beban Usaha
|
332.500,00
| |
Laba bersih
|
667.500,00
|
Contoh lain, misalnya data keuangan yang disajikan Penjahit Rapi pada
tanggal 31 Desember tahun 2006 sebagai berikut:
1. Kas Rp 55.000,00
2. Piutang jasa Rp 10.000,00
3. Peralatan Rp 20.000,00
4. Perlengkapan Rp 5.000,00
5. Pendapatan jahit Rp 19.200,00
6. Pendapatan lain-lain Rp 500,00
7. Biaya perlengkapan Rp 3.500,00
8. Gaji penjahit Rp 5.000,00
9. Biaya lain-lain Rp 1.200,00
10. Modal Rp 80.000,00
Laporan laba rugi yang dapat disusun dari data keuangan penjahit rapi tersebu adalah sebagai berikut:
Penjahit
Rapi Laporan Laba Rugi Untuk Periode yang berakhir tanggal 31
Desember 2006 Pendapatan Perdapatan jahit 19.200,00
Pendapatan lain-lain 500,00 Jumlah Pendapatan 19.700,00 Beban
Usaha Biaya Gaji penjahit 5,000,00 Biaya perlengkapan
3.500,00 Biaya lain-lain 1.200,00 Jumlah beban Usaha
9.700,00 Laba bersih 10.000,00
Dua
buah contoh di atas memang masih sangat sederhana. Jenis transaksi yang
diberikan pun masih terbatas (belum beragam). Praktiknya di dunia usaha
tentunya sangat kompleks dan rumit. Namun prinsip pencatatan dan
pelaporannya sama. Dengan contoh yang sederhana tersebut diharapkan
dapat mempermudah dan mempercepat usaha anda dalam memahami dan
meningkatkan ketrampilan menyusun laporan laba rugi.
b) Laporan Perubahan Ekuitas (owner’s equity statement)
Bentuk
lain dari laporan keuangan yang kita bahas pada bagian ini adalah
laporan perubahan ekuitas pemilik perusahaan. Sesuai dengan namanya,
laporan ini memberikan informasi tentang perubahan modal pemilik selama
periode waktu tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pada
modal (ekuitas pemilik) adalah: tambahan investasi yang dilakukan oleh
pemilik, pendapatan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan
(laba/rugi) selama satu periode, dan prive pemilik, baik ambil maupun
menambah. Dengan membaca laporan ini, akan diketahui perubahan modal dan
faktor apa yang menyebabkan perubahan tersebut.
Jika
dari contoh persamaan dasar akuntansi di atas dibuat laporan perubahan
ekuitasnya, maka akan diperoleh hasil sebagai berikut:
Penjahit Rapi
| ||
Laporan Laba Rugi
| ||
Untuk Periode yang berakhir tanggal 31 Desember 2006
| ||
Pendapatan
| ||
Perdapatan jahit
|
19.200,00
| |
Pendapatan lain-lain
|
500,00
| |
Jumlah Pendapatan
|
19.700,00
| |
Beban Usaha
| ||
Biaya Gaji penjahit
|
5,000,00
| |
Biaya perlengkapan
|
3.500,00
| |
Biaya lain-lain
|
1.200,00
| |
Jumlah beban Usaha
|
9.700,00
| |
Laba bersih
|
10.000,00
|
Dua
buah contoh di atas memang masih sangat sederhana. Jenis transaksi yang
diberikan pun masih terbatas (belum beragam). Praktiknya di dunia usaha
tentunya sangat kompleks dan rumit. Namun prinsip
pencatatan dan pelaporannya sama. Dengan contoh yang sederhana tersebut
diharapkan dapat mempermudah dan mempercepat usaha anda dalam memahami
dan meningkatkan ketrampilan menyusun laporan laba rugi.
Salon Sekarkedaton
| ||
Laporan Perubahan Modal
| ||
Untuk Periode yang berakhir tanggal 31 Januari 2007
| ||
Modal awal per 1 Januari 2007
|
1.000.000,00
| |
Laba bersih bulan Januari tahun 2007
|
667.500,00
| |
Pengambilan prive
|
-100.000,00
| |
Penambahan modal
|
567.500,00
| |
Modal akhir per 31 Januari 2007
|
1.567.000,00
|
Dari data yang disajikan Penjahit Rapi di atas dapat disusun laporan perubahan modalnya sebagai berikut:
Penjahit Rapi
| ||
Laporan Perubahan Modal
| ||
Untuk Periode yang berakhir tanggal 31 Desember 2006
| ||
Modal awal per 1 Januari 2006
|
80.000,00
| |
Laba bersih tahun 2006
|
10.000,00
| |
Modal akhir per 31 Desember 2006
|
90.000,00
|
c) Neraca (balance sheet)
Neraca
merupakan laporan tentang posisi keuangan suatu perusahaan pada tanggal
tertentu. Oleh karena itu, neraca sering disebut sebagai potret dari
posisi keuangan perusahaan, karena kondisi keuangan yang disajikan pada
neraca tersebut hanya terjadi pada tanggal tertentu, yaitu tanggal
penyusunan neraca. Di luar tanggal penyusunan neraca, kondisi keuangan
tersebut bisa berubah.
Secara
umum, neraca dan laporan keuangan lainnya memiliki 2 (dua) bagian.
Bagian pertama adalah kepala (heading) atau judul neraca yaitu
keterangan singkat yang ditulis di bagian atas dari neraca. Judul neraca
berisi: Nama perusahaan (pemilik neraca), kata ‘neraca’, dan tanggal
neraca. Amatilah judul laporan laba rugi dan laporan perubahan modal
Salon Sekarkedaton dan Penjahit Rapi di atas. Unsur isi judul tersebut
sama, perbedaannya dengan neraca terletak pada tanggal penyusunan. Untuk
neraca ditulis tanggal tertentu, sedangkan laporan tanggalnya mewakili
satu periode (untuk periode yang berakhir tanggal …..). Judul (neraca
atau laporan lainnya) harus ditulis dengan benar, karena judul itu
merupakan identitas dari organisasi (perusahaan) pemilik laporan yang
bersangkutan. Bagian kedua adalah batang tubuh neraca, berisi muatan
informasi yang perlu disajikan.
Batang
tubuh neraca dapat disusun dalam bentuk skontro atau stafel. Neraca
yang berbentuk skontro biasanya disebut rekening huruf T atau bentuk
horizontal, memiliki sisi debet yang lasim disebut aktiva dan sisi
kredit yang lasim disebut pasiva. Jika suatu neraca disusun dalam bentuk
stafel sering disebut bentuk vertikal atau laporan, maka tidak ada sisi
debet dan sisi kredit. Susunan aktiva dan pasiva di atur berurutan dari
atas ke bawah.
Posisi keuangan tersebut ditunjukkan oleh besaran aktiva, kewajiban, dan modal suatu perusahaan.
1) Aktiva (Assets)
Sumber
daya ekonomi yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan
diharapkan akan diperoleh perusahaan disebut asset, aktiva, atau harta.
Di neraca, aktiva disajikan di sebelah Debet jika neraca tersebut
berbentuk skontro, atau di atas (mendahului penyajian pasiva) jika
berbentuk stafel. Penyajiannya di dalam neraca, aktiva dikelompokkan
menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu aktiva lancar, aktiva investasi jangka
panjang, dan aktiva tidak tetap.
(a) Aktiva Lancar (current assets)
Aktiva
lancar adalah aktiva yang dapat diuangkan atau dapat dijadikan uang
dalam jangka pendek (dalam satu siklus akuntansi). Suatu aktiva
diklasifikasikan sebagai aktiva lancar jika aktiva tersebut memenuhi
persyaratan berikut:
(1)
diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan
dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan; atau
(2)
dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan
diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal
neraca; atau
(3) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi.
Contoh
dari aktiva lancar adalah kas, piutang usaha, persediaan barang
dagangan, supplies, asuransi dibayar dimuka, dan sebagainya.
Penyusunannya di dalam neraca diatur menurut urut-urutan tingkat
likuiditasnya. Artinya, aktiva lancar yang paling likuid dicantumkan
paling atas, disusul dengan pos-pos lainnya yang kurang likuid.
(b) Investasi jangka panjang (long term investment)
Perusahaan
yang memiliki dana cukup besar dan tidak segera digunakan, maka akan
menanamkannya pada perusahaan lain, dalam bentuk pembelian surat-surat
berharga (saham atau obligasi) atau bentuk lainnya. Jika perusahaan
mempertahankan kepemilikan tersebut dalam jangka panjang, maka aktiva
ini disebut investasi jangka panjang. Tujuan dari investasi ini adalah
memanfaatkan dana perusahaan yang tidak/belum dipergunakan dengan
harapan dapat memperoleh keuntungan, baik berupa capital gain (kenaikan
nilai investasi) maupun dividen (bagian keuntungan) atau bunga.
Kepemilikan surat-surat berharga ini direncanakan dalam jangka waktu
panjang. Kalau kepemilikan surat berharga direncanakan dalam jangka
pendek (diperjualbelikan) maka investasi jenis ini termasuk aktiva
lancar.
© Aktiva Tetap (Fixed Assets)
Aktiva
tetap adalah berbagai jenis aktiva yang dapat digunakan lebih dari satu
periode operasi perusahaan. Aktiva tetap dapat dikelompokkan menjadi
dua macam, yaitu aktiva tetap berwujud dan aktiva tetap tidak berwujud.
Aktiva tetap berwujud adalah aktiva yang memiliki wujud fisik tertentu
sehingga dapat diamati. Contoh dari aktiva tetap berwujud adalah tanah,
gedung, peralatan (equipment), kendaraan dan sebagainya. Sedangkan
aktiva tetap tak berwujud adalah aktiva yang tidak memiliki wujud
fisik, tetapi memiliki nilai ekonomis. Contoh aktiva tetap tidak
berwujud adalah goodwill, hak patent, merek dagang, dan sebagainya.
2) Kewajiban (liabilities)
Kewajiban
atau hutang (liabilities) adalah pengorbanan manfaat ekonomis di masa
yang akan datang sebagai akibat dari transaksi masa lalu. Kewajiban ini
dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu hutang lancar (hutang jangka
pendek) dan hutang jangka panjang. Pengklasifikasian jangka pendek dan
jangka panjang didasarkan pada jangka waktu pelunasannya. Jika pelunasan
hutang yang dimaksud adalah satu tahun atau dalam satu periode siklus
operasi perusahaan mana yang lebih panjang, dari tanggal neraca maka
akan dikelompokkan dalam hutang jangka pendek. Sebaliknya, jika tidak
memenuhi kreteria tersebut dikelompokkan ke dalam hutang jangka panjang.
Contoh hutang lancar adalah: hutang usaha (account payable), hutang
wesel (notes payable), hutang pajak (Taxes payable), hutang biaya, dan
sebagainya. Contoh hutang jangka panjang adalah: hipotik dan hutang
obligasi.
c) Modal Pemilik (owner’s equity)
Modal
pemilik adalah hak atau klaim pemilik atas aktiva yang dimiliki
perusahaan atau organisasi bisnis. Pada perusahaan perseorangan, modal
pemilik ditunjukkan oleh satu akun modal. Pada perusahaan persekutuan
(firma atau komanditer) modal pemilik ditunjukkan oleh dua atau lebih
akun modal. Sedangkan pada perusahaan bentuk perseroan maka modal
pemilik ditunjukkan oleh akun modal saham (capital stocks), saldo laba
(retained earning), agio/disagio saham dan sebagainya.
Ingatlah
kembali bahwa penyajian komponen-komponen neraca tersebut secara umum
ada dua macam, yaitu: bentuk rekening huruf T atau bentuk horisontal dan
bentuk laporan atau bentuk vertikal. Contoh penyusunan neraca. Lihat
kembali data keuangan Salon Sekarkedaton dan Penjahit Rapi. Dari data
tersebut, jika disusun neraca bentuk skontro tampak sebagai berikut:
Contoh: Neraca Bentuk T
Salon Sekarkedaton
| |||||
Neraca
| |||||
Per 31 Januari 2007
| |||||
Aktiva Lancar
|
Hutang Lancar
| ||||
Kas
|
Rp
|
1.667.500
|
Hutang Usaha
|
Rp
|
500.000
|
Piutang Usaha
|
Rp
|
150.000
|
Hutang Wesel
|
Rp
|
750.000
|
Perlengkapan/Supplies
|
Rp
|
200.000
|
Jumlah Hutang
|
Rp
|
1.250.000
|
Jumlah Aktiva Lancar
|
Rp
|
2.017.500
| |||
Aktiva Tetap
|
Modal
|
Rp
|
1.567.500
| ||
Peralatan
|
Rp
|
800.000
|
Rp
| ||
Jumlah aktiva
|
Rp
|
2.817.500
|
Jumlah Pasiva
|
Rp
|
2.817.500
|
Jika
neraca Salon Sekarkedaton yang disusun dalam bentuk skontro tersebut
diubah menjasi bentuk stafel atau horisontal, maka akan tampak seperti
berikut ini.
Salon Sekarkedaton
| ||
Neraca
| ||
Per 31 Januari 2007
| ||
Aktiva Lancar
| ||
Kas
|
Rp
|
1.667.500,00
|
Piutang Usaha
|
Rp
|
150.000,00
|
Perlengkapan/Supplies
|
Rp
|
200.000,00
|
Jumlah Aktiva Lancar
|
Rp
|
2.017.500,00
|
Aktiva Tetap
| ||
Peralatan
|
Rp
|
800.000,00
|
Jumlah aktiva
|
Rp
|
2.817.500,00
|
Hutang Lancar
| ||
Hutang Usaha
|
Rp
|
500.000,00
|
Hutang Wesel
|
Rp
|
750.000,00
|
Jumlah Hutang Lancar
|
Rp
|
1.250.000,00
|
Modal
|
Rp
|
1.567.500,00
|
Jumlah Pasiva
|
Rp
|
2.817.500,00
|
Baik
disusun dalam bentuk skontro maupun dalam bentuk stafel, neraca harus
menggambarkan informasi yang sama. Seperti contoh neraca milik Salon
Sekarkedaton di atas, informasi yang disajikan sama. Memang contoh
informasi yang termuat dalam neraca tersebut masih sangat sederhana.
Contoh neraca yang memberi informasi sudah relatif kompleks, berikut
ini disajikan neraca milik usaha servis murah.
Contoh: Neraca Bentuk T
Servis Radio Murah
| |||||
Neraca
| |||||
Per 31 Desember 2006
| |||||
Aktiva Lancar
|
Hutang Lancar
| ||||
Kas
|
623.000
|
Hutang dagang
|
425.000
| ||
Piutang Usaha
|
425.000
|
Hutang Wesel
|
500.000
| ||
Cadangan piutang tak tertagih
|
-25.000
|
Hutang pajak penghasilan
|
125.000
| ||
400.000
|
Gaji terutang
|
135.000
| |||
Piutang
|
500.000
|
Jumlah Hutang Lancar
|
1.185.000
| ||
Supplies
|
135.000
| ||||
Asuransi dibayar dimuka
|
175.000
|
Hutang Jangka Panjang
| |||
Sewa yang masih harus diterima
|
145.000
|
Hutang Obligasi
|
2.500.000
| ||
Jumlah Aktiva Lancar
|
1.97.000
| ||||
Investasi Jangka Panjang
|
Modal Pemilik:
| ||||
Investasi dalam saham PT Telkom
|
1.100.000
|
Modal Tuan Murahadi
|
6.693.000
| ||
Aktiva Tetap
| |||||
Tanah
|
1.500.000
| ||||
Gedung
|
3.500.000
| ||||
Akumulasi penyusutan gedung
|
-650.000
| ||||
4.150.000
| |||||
Peralatan
|
1.500.000
| ||||
Akumulasi penyusutan peralatan
|
-150.000
| ||||
1.650.000
| |||||
Jumlah Aktiva Tetap
|
7.300.000
| ||||
Jumlah Aktiva
|
10.378.000
|
Jumlah Hutang + Mo
|
dal
|
10.378.000
|
Perlu
diingat bahwa penyajian aktiva lancar didalam neraca disesuaikan dengan
tingkat kelancarannya. Artinya aktiva lancar yang paling lancar
disajikan terlebih dahulu baru disusul oleh yang kurang lancar. Amati
contoh neraca di atas. Lain halnya dengan aktiva tetap, penyajiannya
disusun menurut tingkat keabadiannya. Aktiva yang paling abadi (tetap)
disajikan terlebih dahulu baru disusul dengan penyajian aktiva tetap
yang kurang/tidak abadi. Hutang disajikan di dalam neraca diatur menurut
tingkat kelancarannya. Hutang yang harus segera dilunasi disajikan
terlebih dahulu
Jika neraca itu disusun dalam bentuk stafel, maka akan menjadi sebagai berikut ini.
Servis Radio Murah
| ||
Neraca
| ||
Per 31 Desember 2006
| ||
Aktiva Lancar
| ||
Kas
|
623.000
| |
Piutang Usaha
|
425.000
| |
Cadangan piutang tak tertagih
|
-25.000
| |
400.000
| ||
Piutang
|
500.000
| |
Supplies
|
135.000
| |
Asuransi dibayar dimuka
|
175.000
| |
Sewa yang masih harus diterima
|
145.000
| |
Jumlah Aktiva Lancar
|
1.978.000
| |
Investasi Jangka Panjang
| ||
Investasi dalam saham PT Telkom
|
1.100.000
| |
Aktiva Tetap
| ||
Tanah
|
1.500.000
| |
Gedung
|
3.500,000
| |
Akumulasi penyusutan gedung
|
-650.000
| |
4.150.000
| ||
Peralatan
|
1.500.000
| |
Akumulasi penyusutan peralatan
|
-150.000
| |
1.650.000
| ||
Jumlah Aktiva Tetap
|
7.300.000
| |
Jumlah Aktiva
|
10.378.000
| |
Hutang Lancar
| ||
Hutang dagang
|
425.000
| |
Hutang Wesel
|
500.000
| |
Hutang pajak penghasilan
|
125.000
| |
Gaji terutang
|
135.000
| |
Jumlah Hutang Lancar
|
1.185.000
| |
Hutang Jangka Panjang
| ||
Hutang Obligasi
|
2.500.000
| |
Modal Pemilik:
| ||
Modal Tuan Murahadi
|
6.693.000
| |
Jumlah Hutang + Modal
|
10.378.000
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar