Sejarah Dan Perkembangan Teori Manajemen
Sesungguhnya
manajemen sudah ada sejak jaman dahulu, salah satu bukti adalah
Piramida di Mesir. Adanya bangunan Piramida di Mesir menunjukkan bahwa
pada zaman dulu telah ada serangkaian kegiatan yang diatur sedemikian
rupa, mengikuti tahapan-tahapan tertentu yang telah disiapkan hingga
bangunan Piramida yang megah di tengah gurun pasir dapat menjadi decak
kagum masyarakat dis seluruh dunia dari dulu hingga kini. Dari sejarah
dapat kita ketahui bahwa tidak kurang dari ribuan orang telah terlibat
dalam pembangunan Piramida di Mesir.
Selain
Piramida di Mesir, ada juga benteng raksasa yang berdiri sepanjang
ribuan kilometer di Cina. Benteng ini juga menunjukkan betapa
orang-orang Cina dahulu telah melakukan kegiatan manajemen (dalam bentuk
apapun kegiatan manajemen tersebut sehingga bangunan benteng yang kokoh
dapat tetap bertahan hingga hari ini. Selain itu juga Candi Borobudur
di Indonesia, dan masih banyak contoh bangunan-bangunan kuno yang sangat
rumit bisa dibangun oleh nenek monyang kita. Dari bukti-bukti tersebut
dapat dilihat bagaimana orang-orang dahulu telah menerapkan manajemen.
Secara
keilmuan, manajemen baru terumuskan kurang lebih di abad 18 atau awal
abad 19 Masehi. Diantara tokoh-tokoh yang mula-mula memperkenalkan
manajemen secara keilmuan adalah Robert Owen (1771-1858) dan Charles
Babbage (1972-1871). Owen seorang pembaru dan indrustrialisasi dari
Inggris adalah di antara tokoh pertama yang menyatakan perlunya sumber
daya manusia di dalam organisasi dan kesejahteraan pekerja. Sedangkan
Babbage seorang ahli matematika dari Inggris orang yang pertama kali
berbicara mengenai pentingnya efisiensi dalam proses produksi. Dia
meyakini akan perlunya pembagian kerja dan perlunya penggunaan
matematika dalam efisiensi penggunaan fasilitas dan material produksi
(Ernie dan Saefullah: 2005).
Dengan demikian bisa dikatakan Robert Owen dan Charles Babbage adalah pionir dalam ilmu manajemen.
Perkembangan Teori Manajemen
Apa
yang telah dikenalkan oleh Owen dan Babbage pada akhir abad 19
memberikan kontribusi yang berharga bagi para praktisi manajemen bahwa
organisasi bisnis perlu dikelola secara benar, terutama jika organisasi
tersebut berskala besar dan melibatkan banyak sekali orang dan sumber
daya yang harus dikelola. Kontribusi Owen dan Babbage seolah telah
membukakan mata para praktisi bisnis pada saat itu bagaimana seharusnya
bisnis dijalankan. Bermunculan pula setelah itu berbagai teori-teori
dalam ilmu manajemen.
Perkembangan
pemikiran manajemen sebagai praktik yang dilandasi konsep teori (Tim
Dosen Administrasi Pendidikan: 2009) adalah sebagai berikut:
a. Teori Manajemen Aliran Klasik (1890-1930)
Frederick
W Taylor, Henry L Gantt, Frank Bunker Gillberth dan Lilian Gillberth
adalah tokoh-tokoh dibalik teori manajemen ilimiah. Mereka memikirkan
suatu cara meningkatkan produktivitas dengan menangani kondisi
kekurangan tenaga terampil melalui efisiensi para pekerja.
Taylor
disebut sebagai “bapak manajemen ilmiah” dengan karyanya “scientific
management” yang telah memberikan prinsip-prinsip dasar penerapan
pendekatan ilmiah pada manajemen, dan mengembangkan sejumlah
teknik-tekniknya untuk mencapai efisiensi. Empat prinsip dasar yang
dikembangkan Taylor adalah:
1.
Pengembangan metode ilimah alam manajemen agar suatu perkejaan
dapat ditentukan metode pencapaian tujuannya secara maksimal.
2. Seleksi ilmiah untuk karyawan agar para karyawan dapat diberika tugas dan tanggung jawab sesuai keahlian.
3. Pendidikan dan pengembangan karyawan.
4. Kerjasama yang harmonis antara manajemen dan para karyawan.
Teknik
yang digunakan untuk melaksanakan prinsip tersebut adalah melalui studi
gerak dan waktu (time and motion studies), pengawasan fungsional,
system tariff berbeda yaitu karywan yang lebih produktif dan efisien
mendapatkna gaji lebih besar dari yang lainnya.
Kontribusi
terbesar dari Gantt adalah dengan menghasilkan metode grafik sebagai
teknik scheduling produksi untu perencanaan, koordinasi dan pengawasan
produksi yang popular dengan sebutan “Bagan Gantt”.
b. Manajemen Organisasi Klasik (Classical Organization Theory) atau Manajemen Operasional Modern (1900-1940)
Henry
Fayol merupakan tokoh teori manajemen operasional manajemen dikenal
dengan julukan Bapak teori manajemen modern. Dalam bukunya yang berjudul
Administration Industrielle et Generale (Administrasi Industri dan
Umum) Fayol membagi aktifivtas-aktivitas industrial dalam enam klompok
yaitu teknikal, komersial, financial, keamanan, kepastian, akunting dan
manajerial. Ia adalah perumus empat belas prinsip manajemen yaitu:
1) Pembagian kerja
2) Wewenang
3) Disiplin
4) Kesatuan perintah
5) Kesatuan pengarahan
6) Meletakan kepentingan perseorangan di bawah kepentingan umum
7) Balas jasa/imbalan
8) Sentralisasi
9) Rantai scalr/khirarki
10) Order/susunan
11) Keadilan
12) Stabilitas staf organisasi
13) Inisiatif
14) Esprit de corps (semangat korps)
Fayol
percaya bahwa melalui penguasaan keterampilan dan prinsip dasar
manajemen orang yang mendalaminya dapat menjadi manajer yang baik.
c. Aliran Perilaku (1924-1940)
Elton
Mayo dan F.J. Roethlisberger melakukan studi tentang perilaku manusia
dalam bermacam situasi kerja di pabrik Hawthorner milik perusahaan
Western Electric dengan temuan bahwa kelompok kerja informal lingkungan
sosial karyawan memiliki pengaruh besar terhadap produktivitas.
McGregor
memandang perlu adanya perhatian pada kebutuhan sosial dan aktualisasi
diri karyawan dengan menjunjukan dua kategori manusia yaitu manusia X
dan manjusia Y atau lebih dikenal dengan teori X dan teori Y. Manusia
tipe X adalah manusia yang harus selalu diawasasi agar mau melakukan
usaha dalam pekerjaan mereka. Sedangkan manusia Y sebaliknya, ia
bersemangat bekerja sebagai kesempatan untuk mengaktualisasikan diri
tanpa ada pengawasan sekalipun.
Di
samping penelitian yang focus terhadap perilaku manusia, dikembangkan
juga aliran perilaku organisasi yang memandang bahwa hubungan manusia
dalam manajemen berada dalam konteks organisasi. Diantara tokohnya
adalah Abraham Maslow, Frederick Herzberg, Edgar Schein.
Aliran perilaku organisasi menganut prinsip bahwa:
1) Organisasi adalah satu keseluruhan jangan dipandang bagian perbagian.
2) Motivasi karyawan sangat penting yang menghasilkan komitmen untuk pencapaian tujuan organisasi.
3) Manajemen tidak dapat dipandang sebagai suatu proses teknis secara ketat (peranan, prosedur dan prinsip).
d. Pendekatan Sistem (1940-sekarang)
Pendekatan
sistem memandang bahwa organisasi sebagai sistem yang dipersatukan dan
diarahkan dari bagian-bagian/komponen-komponen yang saling berkaitan.
Chester I Barnard menjelaskan dalam “the functions of the executive”
bahwa tugas manajer adalah menyarankan pendekatan sistem sosial
komprehensif dalam aktifitas “managing”.
Komponen-komponen/bagian-bagian
tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain, merupakan satu kesatuan
utuh yang saling terkait, terika, memperngaruhi, membutuhkan, dan
menentukan. Oleh karena itu harus disadari bahwa perubahan satu komponen
akan berpengaruh terhadap komponen-komponen lainnya. Dengan demikian
berpikir dan bertindak system berarti tidak memandang komponen secara
parsial, tetapi saling terpadu satu sama lain secara sinergi.
Sinergi
berarti bahwa keseluruhan lebih besar daripada jumlah dari
bagian-bagiannya. System yang sinergi adalah tiap-tiap unti atau
bagian-bagian bekerja dengan serius dalam tatanannya dan menyadari
secara penuh dan bertanggung jawab terhadap kemajuan system secara umum.
Sistem
memiliki makna bahwa (1) suatu system terdiri atas bagian-bagian yang
saling terkait satu dengan yang lainnya, (2) bagian-bagian yang saling
hubung itu dapat berkerja dan berfungsi secara independent atau
bersama-sama, (3) berfungsinya bagian-bagian tersebut ditujukan untuk
mencapai tujuan umum dari keseluruhan (sinergi), (4) suatu system yang
terdiri atas bagian-bagian yang saling hubung tersebut berada dalam
suatu lingkungan yang kompleks.
e. Pendekatan Kontingensi atau Pendekatan Situsional (1950-sekarang)
Pendekatan
kontingensi atau pendekatan situasional adalah suatu aliran teori
manajemen yang menekankan pada situasi atau kondisi tertentu yang
dihadapi. Tidak seluruh metode manajemen ilmiah dapat diterapkan untuk
seluruh situasi begitupun tidak selalu hubungan manusiawi yang perlu
ditekankan karena adakalanya pemecahan yang efektif melalui pendekatan
kauantitatif. Itu semua sangat tergantung pada karakteristik situasi
yang dihadapi dan tujuan yang ingin dicapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar