Sejarah Singkat Dan Perkembangan Pasar Modal Indonesia
Pasar
modal Indonesia didirikan pada tahun 1900-an ketika Indonesia dijajah
Belanda. Kemudian pasar modal Indonesia mengalami pasang surut, sempat
mengalami pasang surut pada masa orde lama. Perkembangan pasar modal
Indonesia pada masa orde baru dimulai 10 Agustus 1977 ketika pasar modal
Indonesia diaktifkan kembali oleh pemerintah, bapepam dan PT. Dana
Reksa. Akan tetapi, pasar modal Indonesia baru berkembang dengan pesat
setelah pemerintah melakukan deregulasi pada pasar modal dan perbankan
dengan mengeluarkan Pakto 1988. Hal ini terus berlangsung sampai tahun
1997 ketika krisis ekonomi menghantam Indonesia.
Pasar
modal Indonesia mulai bangkit pada tahun 2002 yang ditandai dengan
kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 8% setelah mengalami
penurunan sebesar 6% pada tahun 2001 dan 39% pada tahun 2000. Setelah
itu pasar modal Indonesia terus berkembang dengan cukup baik, puncaknya
pada tanggal 9 Januari 2008 dimana IHSG mencacat rekor tertinggi nya
pada level 2.830,26. Akan tetapi krisis ekonomi global yang disertai
dengan penurunan harga minyak membawa dampak buruk terhadap pasar modal
Indonesia, hal ini menyebabkan pasar modal Indonesia ditutup pada level
1,355.41 di akhir tahun 2008 atau turun 51% dari penutupan akhir 2007.
Membaiknya kondisi perekonomian Indonesia yang disertai dengan kondisi
politik yang kondusif setelah pemilu 2009 mampu membuat pasar modal
Indonesia untuk kembali pada level 2000, terakhir pada penutupan 18
Desember IHSG ditutup pada level 2,509.58
Berikut ini adalah grafik pergerakan IHSG dari Januari 2004 sampai 8 Desember 2009.
Grafik Perkembangan IHSG 2004 – 2009
Berikut ini adalah data statistik Bursa Efek Indonesia dari tahun 2004 sampai 2009.
Tabel Statistik pasar modal Indonesia 2004 – 2009
Analisis Fundamental (Makro) Ekonomi
1. Produk Domestik Bruto (PDB)
Pertumbuhan
ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik
Bruto (PDB) pada triwulan II-2009 mencapai 2,3 persen dibanding triwulan
I-2009 (q-to-q) dan apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama
tahun 2008 mengalami pertumbuhan 4,0 persen (y-on-y). Secara kumulatif,
pertumbuhan ekonomi Indonesia semester I-2009 dibandingkan dengan
semester I-2008 tumbuh sebesar 4,2 persen. Besaran PDB atas dasar harga
berlaku pada triwulan II-2009 mencapai Rp1.365,5 triliun,
Tiga
sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi (q-to-q) adalah Sektor
Listrik, Gas dan Air Bersih 8,1 persen, Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi 4,7 persen dan Sektor Pertanian 3,5 persen. Sementara untuk
pertumbuhan (y-on-y) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi tumbuh 17,5
persen, Sektor Listrik, Gas dan Air bersih 15,4 persen dan Sektor
Jasa-jasa 7,4 persen.
Struktur
PDB triwulan II-2009 masih didominasi oleh Sektor Industri Pengolahan,
Sektor Pertanian dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
masing-masing memberikan kontribusi sebesar 26,6 persen, 15,6 persen dan
13,3 persen.
Pertumbuhan
PDB pada triwulan II-2009 dibandingkan dengan triwulan I-2009 (q-to-q)
sebesar 2,3 persen ditopang oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga yang
meningkat sebesar 0,2 persen, sementara pengeluaran konsumsi pemerintah
meningkat 23,7 persen, pembentukan modal tetap bruto 2,4 persen, ekspor
barang dan jasa 7,4 persen, serta impor barang dan jasa 7,8 persen.
Dibandingkan
dengan triwulan II-2008 (y-on-y), pertumbuhan ekonomi tumbuh 4,0 persen
didukung pengeluaran konsumsi rumah tangga yang meningkat 4,8 persen,
pengeluaran konsumsi pemerintah 17,0 persen, pembentukan modal tetap
bruto 2,7 persen. Namun, lain halnya dengan ekspor dan impor barang dan
jasa yang menurun masing-masing sebesar 15,7 persen, serta impor barang
dan jasa 23,9 persen.
Pertumbuhan
ekonomi semester I-2009 terhadap semester I-2008 (c-to-c) sebesar 4,2
persen. Pertumbuhan ini didorong oleh pertumbuhan Sektor Pertanian
sebesar 3,7 persen, Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 2,4
persen, Sektor Industri Pengolahan 1,5 persen, Sektor Listrik, Gas dan
Air Bersih 13,4 persen, Sektor Konstruksi 6,3 persen, Sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,2 persen, Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi 17,3 persen, Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan
5,8 persen serta Sektor Jasa-jasa 7,1 persen.
Untuk
semester kedua tahun 2009 pertumbuhan ekonomi diprediksikan sebesar
4.5% atau mengalami peningkatan 0.3% dari pertumbuhan ekonomi semester I
2009. Dalam penyusunan APBN untuk tahun 2010 pemerintah memprediksikan
PDB Indonesia sebesar Rp 5,981.4 Trilliun dengan pertumbuhan ekonomi
5.5%.
Dari
data diatas bisa kita simpulkan bahwa kondisi perekonomian Indonesia
sudah mulai bangkit setelah sempat mengalami penurunan pada akhir tahun
2008 dan awal 2009. Perekonomian Indonesia juga diharapkan akan terus
tumbuh dan berkembang hingga pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 7%
pertahun pada tahun 2014 (target Kabinet Indonesia Bersatu II).
Kondisi
perekonomian ini akan membuat sektor riil untuk berkembang dan tumbuh,
perusahaan akan melakukan ekspansi bisnis dan para investor akan kembali
melakukan investasi setelah sebelumnya mereka menahan investasi.
Pertumbuhan yang tinggi juga akan membuat peningkatan pendapatan
masyarakat sehingga bisa membuat konsumsi rumah tangga semakin
meningkat. Untuk pasar modal kondisi ini menguntungkan karena akan
membuat pasar modal kembali bergairah dan diharapkan akan membuat nilai
IHSG untuk terus naik.
2. Siklus Bisnis
Siklus
bisnis merefleksikan pergerakan aktivitas ekonomi secara menyeluruh
yang menyatukan banyak bagian aktivitas ekonomi yang terpisah. Hubungan
antara ekonomi dan pasar modal saham adalah sebagai berikut: harga saham
yang tercermin dari Composite Index atau jika di Bursa Efek Indonesia,
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara umum merupakan leading
indicator ekonomi suatu negara.
Dari
data perdagangan saham di bursa efek kita mengetahui bahwa IHSG pada
tanggal 31 Oktober 2009 ditutup pada level 2,367.70 atau meningkat
74.68% bila dibandingkan dengan titik terendah pada akhir tahun 2008
yaitu pada level 1,355.41. Berdasarkan data diatas bisa kita simpulkan
bahwa kondisi ekonomi Indonesia sedang mengalami pertumbuhan setelah
terkena imbas dari krisis ekonomi global.
3. Suku Bunga
Tingkat
suku bunga bisa menjadi salah satu acuan kondisi ekonomi. Tingkat suku
bunga yang tinggi akan menghambat bergeraknya sektor riil, sebaliknya
sektor riil akan bergairah saat suku bunga rendah.
Tingkat
suku bunga acuan di Indonesia (SBI) sekarang adalah 6.5% atau sudah
turun bila dibandingkan dengan SBI beberapa bulan lalu yang mencapai
8.5%. Turunnya SBI mendorong turun nya suku bunga kredit dan suku bunga
Kredit Pemilikan Rumah (KPR), ketika SBI berada di atas 8.5% suku bunga
kredit dan KPR berada di atas 14%, tetapi dengan penurunan suku bunga
kredit sampai pada level 6.5% membuat suku bunga kredit dan KPR turun di
kisaran 12%. Turunnya suku bunga kredit dan KPR akan sangat membantu
sektor riil yang akan meminjam dana untuk melakukan ekspansi bisnis atau
masyarakat yang ingin membeli rumah. Sehingga akan membuat sektor riil
dan sektor property kembali bergairah.
Di
sisi lain turunnya SBI juga membuat turunnya suku bunga deposito
menurun, turunnya suku bunga deposito (sekarang rata-rata 8%) akan
membuat para investor untuk menarik dana yang diinvestasikan ke deposito
untuk diinvestasikan ke pasar saham, sehingga akan membuat harga saham
kembali naik.
Dalam
penyusunan APBN untuk tahun 2010 pemerintah memprediksikan SBI adalah
sebesar 6.5% atau pada sama dengan SBI pada akhir 2009, tetapi para
analis memprediksikan bahwa SBI akan dinaikkan untuk mengantisipasi
naiknya inflasi karena membaiknya kondisi perekonomian Indonesia.
Inflasi
Tingkat
Inflasi cukup berpengaruh terhadap harga saham dengan hubungan yang
terbalik. Harga saham akan naik jika inflasi rendah, dan sebaliknya
harga saham cenderun turun saat inflasi tinggi.
Sampai
bulan Oktober inflasi Indonesia untuk tahun 2009 mencapai 2.84% dan
diperkirakan inflasi pada tahun 2009 berada pada level 4 – 4.5%. Inflasi
yang rendah ini dikarenakan turunnya kegiatan perekonomian kita karena
dampak dari krisis ekonomi global. Dalam penyusunan APBN untuk tahun
2010 pemerintah memprediksikan inflasi pada tahun 2010 sebesar 5%, nilai
ini menunjukkan bahwa pekonomian Indonesia sudah bangkit sehingga
membuat konsumsi meningkat sehingga membuat harga naik. Dengan inflasi
yang rendah ini diprediksikan harga saham akan terus naik pada tahun
2010.
Kurs
Untuk
di Indonesia, penguatan nilai mata uang utama dunia (US Dollar), akan
mendorong investor besar untuk mengalihkan investasinya ke mata uang
tersebut yang pada akhirnya mendorong penjualan saham sehingga harga
saham turun.
Seiring
dengan krisis ekonomi yang terjadi di Amerika, nilai US Dollar
terhadap Rupiah mengalami fluktuasi yang cukup tinggi. Sempat mencapai
11,000 per USD hingga 9,400 per USD. Tetapi dalam jangka panjang
diprediksikan nilai USD akan menurun.
Fluktuasi
nilai tukar USD berpengaruh kepada pasar modal, tetapi dengan penurunan
USD di masa yang akan datang akan membuat para investor akan
mengalihkan dana investasinya ke pasar modal.
Rencana Ekonomi Kabinet Indonesia Bersatu II
Pemerintah
yang baru saja terbentuk dan dilantik sudah menyusun rencana kerja
untuk lima tahun kedepan. Berikut adalah beberapa rencana pemerintah
yang berkaitan dengan bidang ekonomi:
1. Pertumbuhan ekonomi sebesar 7% pada tahun 2014.
2. Menurunkan angka pengganguran.
3. Memperbaiki infrastruktur.
4. Proyek listrik satu juta megawatt.
5. Menghapus mafia peradilan.
Rencana-rencana
tersebut jika bisa dilaksanakan dengan baik maka akan berpengaruh
kepada sektor riil dan akan mendorong kesejahteraan masyarakat. Di
sisi lain juga akan mendorong para investor untuk melakukan investasi ke
beberapa sektor yang menjadi perhatian utama pemerintah.
Harga Minyak Dunia
Harga
minyak dunia juga merupakan salah satu faktor ekonomi yang bisa
mempengaruhi arah pasar saham. Semakin tinggi harga minyak dunia maka
akan menyebabkan harga saham pertambangan dan energi di Indonesia akan
naik dan akan membuat IHSG terangkat seperti yang terjadi pada semester
pertama 2008, ketika harga minyak dunia menembus level 100 USD per
barel IHSG mencapai titik tertingginya. Begitu juga sebaliknya ketika
harga minyak turun pada level 40 USD per barel, IHSG mencapai titik
terendahnya.
Pada
semester kedua ini harga minyak dunia sudah berada pada level 80 USD
per barel, naiknya harga saham ini disebabkan naiknya permintaan yang
didorong oleh membaiknya kondisi ekonomi dunia dan persiapan menjelang
musim dingin di Eropa dan Amerika. Harga minyak dunia diprediksikan pada
tahun 2010 akan berada level 80 USD perbarel dan masih ada kemungkinan
untuk naik. Harga ini di satu sisi akan membuat harga saham kita untuk
naik, tetapi disisi lain juga akan membuat pemerintah menaikkan kembali
harga bahan bakar minyak (BBM) karena tingginya jumlah subsidi yang
harus ditanggung pemerintah jika harga minyak terus 80 USD per barel.
Apalagi asumsi harga minyak yang digunakan pemerintah dalam menyusun
APBN 2010 adalah sebesar 65 USD per barel.
Analisis Sektor Industri
1. Kondisi Umum Sektor Industri Indonesia
Kondisi
perekonomian Indonesia yang sedang memasuki fase recovery dari efek
krisis global membuat beberapa sektor industri bisa berkembang lebih
cepat dari sektor industri yang lain.
Sektor
industri yang stabil seperti consumer goods dan retail masih akan
berkembang dengan baik seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi dan
meningkatnya konsumsi masyarakat. Selain itu pertumbuhan konsumsi juga
akan mendorong industri keuangan dan telekomunikasi semakin bergairah.
Membaiknya
kondisi perekonomian dunia juga akan mendorong peningkatan kegiatan
produksi dan konsumsi energi sehingga membuat sektor pertambangan,
energy dan perkebunan untuk terus tumbuh.
Program
kerja kabinet Indonesia Bersatu II untuk membangun infrastruktur
Indonesia akan membuat industri semen,properti, konstruksi, transportasi
dan jalan tol tumbuh.
Semakin
meningkatnya persaingan dari China dan India akan membuat industri
tekstil dan garmen semakin lemah, sedangkan peningkatan regulasi
terhadap rokok akan membuat industri rokok tidak begitu bagus di masa
depan.
2. Sektor Properti Indonesia
Sektor
properti adalah salah satu sektor industri yang paling tua di
Indonesia, pemain yang bermain dalam sektor ini cukup banyak mulai dari
pemain tingkat internasional sampai pemain lokal kecil-kecilan. Di
Industri ini setidaknya ada 104 usaha yang terkait satu sama lain mulai
dari industri semen, tukang batu, perbankan hingga kontraktor.
Bisnis
pada sektor properti muncul dari kebutuhan masyarakat untuk rumah dan
tempat berusaha, hal ini didukung fakta bahwa terdapat kesenjangan
antara pasokan dan kebutuhan (back log) rumah yang saat ini sudah
mencapai 7,9 juta.
Tingginya
permintaan terhadap properti menjadi salah satu hal yang membuat sektor
ini masih mempunyai prospek yang sangat bagus di masa yang akan datang,
apalagi didukung dengan penurunan suku bunga KPR yang akan membantu
konsumen dalam pendanaan pembelian rumah.
Bisnis
properti yang membutuhkan banyak modal membuat banyak pengembang yang
membutuhkan dana, salah satu sumber pendanaan yang ada adalah menjual
saham di pasar modal Indonesia. Hingga saat ini lebih dari 45 perusahaan
sektor industri properti yang sudah menjual saham di pasar modal
Indonesia, harga saham perusahaan properti dan real estat tergabung
dalam indeks sektor properti dan real estat. Berikut adalah grafik
pergerakan sektor properti dan real estat dari Januari 1996 sampai
Desember 2008:
Grafik Pergerakan Indeks Sektor Properti 1996 -2008
Dari
grafik diatas kita bisa melihat bahwa indeks properti dan real estate
mencapai puncak pada awal tahun 2008 bersamaan dengan tercapainya rekor
tertinggi IHSG, kemudian menurun sampai pada level 103.49 pada akhir
tahun 2008 dan pada 30 Oktober 2009 ditutup pada level 153.99. Bila
dibandingkan dengan sektor industri yang lain maka nilai sektor industri
properti lebih rendah daripada sektor yang lain.
Prospek Sektor Properti Indonesia di Masa Depan
Apabila
dilihat dari sisi permintaan maka sektor properti masih mempunyai
prospek yang cukup bagus di masa depan hal ini tercermin dari tingginya
nilai back log sebesar 7,9 Juta rumah. Membaiknya kondisi ekonomi
Indonesia dan dunia juga akan membuat konsumen untuk kembali
membelanjakan uangnya untuk membeli properti baru, disamping itu
turunnya suku bunga juga akan mendorong turunnya KPR yang akan membuat
para konsumen untuk berani membeli rumah dengan menggunakan pinjaman.
Program
pemerintah yang baru terbentuk untuk memperbaiki infrasktruktur dan
listrik yang ada juga merupakan salah satu stimulus yang akan mendorong
sektor industri ini berkembang di masa yang akan datang, ditambah dengan
program 1 juta menara yang diperuntukkan untuk masyarakat menengah ke
bawah juga akan mengairahkan bisnis di sektor ini.
Akan
tetapi juga terdapat hambatan yang akan menghambat perkembangan sektor
ini, diantaranya regulasi yang masih terlalu ketat untuk kepemilikan
asing terhadap properti di Indonesia membuat para investor asing masih
enggan untuk memiliki properti di Indonesia. Kemudian masalah birokrasi
yang lama dan masih diwarnai dengan praktik KKN membuat para pengembang
tidak bisa dengan mudah untuk melakukan ekspansi bisnisnya. Terakhir
adalah masalah pembebasan tanah yang cukup rumit dan pelik, sehingga
membuat para pengembang susah untuk memulai pembangunan di tempat yang
baru.
Analisis Fundamental PT Jakarta International Hotels & Development Tbk
1. Sejarah PT Jakarta International Hotels & Development Tbk
PT
Jakarta International Hotels & Development Tbk didirikan pada bulan
November 1969, pada tahun 1974 perusahaan ini menyelesaikan konstruksi
Hotel Borobudur Jakarta. Perusahaan ini melakukan pencatatan saham
perdana di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1984 dan termasuk sebagai 24
perusahaan pertama yang listing di Indonesia.
Pada
tahun 1984 perusahaan melakukan pencatatan saham perdana di Bursa Efek
Jakarta dan Surabaya, hingga saat ini jumlah saham perusahaan yang
ditempatkan dan disetor penuh berjumlah 1.930.039.200 lembar saham.
Informasi historis mengenai saham Perusahaan yang dicatatkan di bursa
adalah sebagai berikut:
Pada
tahun 1991, perusahaan mengakuisisi PT Danayasa Arthatama, pemilik dan
developer pertama Sudirman Central Business District (SCBD). Akuisisi
ini telah merubah status perusahaan dari pemilik satu hotel ke berbagai
macam pengembangan property, mulai dari gedung komersial, tempat
perbelanjaan, residential dan serviced apartments.
Profil Singkat Anak Perusahaan Perusahaan
Struktur Perusahaan PT Jakarta International Hotels & Development Tbk:
Tabel Struktur Perusahaan
Gambar Kawasan Niaga Terpadu Sudirman
Adalah
misi DA untuk menghasilkan produk-produk property berkualitas yang
memberikan nilai tambah bagi para pemegang saham, dan masing-masing
produk dibuat untuk memenuhi kebutuhan para investor, penyewa gedung,
dan penghuni residensial.
Strategi
utama DA dalam menghadapi para pesaingnya terletak pada keunggulan
lokasi, kualitas dan desain produk, sehingga pada akhirnya akan
memberikan keuntungan investasi bagi para investor, serta menempatkan DA
pada posisi terbaik diantara pemain properti utama lainnya.
TIPLE GOLD - Titanium Gold and Gold Online
BalasHapusTIPLE GOLD | TIPLE titanium 4000 GOLD is a free-to-play mobile best titanium flat iron casino titanium fat bike game created for players of all skill levels. Play titanium money clip it on your 바카라 커뮤니티 smartphone, tablet or tablet!